Powered by Blogger.
RSS

Ke Yogya Belum Lengkap Tanpa Singgah ke Tugu Jogja



Tugu Jogja sebagai landmark kota sebagai daya tarik para traveler yg berkunjung ke Kota Gudeg. Istilahnya, belum ke Jogja Bila belum ke Tugu Jogja.

Jogajakarta/Yogyakarta dari masa ke masa, kota menggunakan budaya yang adiluhung dengan keramah tamahan setiap warganya. Membentuk kota ini selalu dirindukan buat selalu dikunjungi serta mirip tak pernah habis dituangkan pada tulisan setiap sudut kotanya.

Pada goresan pena kali ini, saya akan membahas tentang Tugu Jogja yang menjadi landmark Kota Gudeg dan  Kota Pelajar ini. Terletak di perempatan yg menghubungkan JL Mangkubumi pada Selatan, Jl. Am Sangaji di Selatan, Jl. Diponegoro di barat dan  Jl. Jendral Sudirman pada timur, berakibat lokasi ini sangat praktis dijangkau.

Keunikan tugu yang dibangun pada tahun 1775 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I artinya di awalnya berbentuk Golong ( bulat ) serta Gilik ( Silider ) pada puncaknya serta mempunyai ketinggian 25 meter. Jadi tidak sama menggunakan bentuk yang kita lihat ketika ini yang berbentuk persegi.

Perubahan ini terjadi selesainya gempa bumi dahsyat yang menghantam Jogja pada 10 juni 1867. Momentum ini dipergunakan oleh Belanda untuk menghapus bentuk orisinil Tugu yg pertama bundar  menjadi persegi pada tahun 1889 serta diresmikan dengan bentuk dan  ketinggian baru ( 15 meter ) sang Sri Sultan Hamengkubuwono VII dan  menyandang nama baru 'de witt pall' atau tugu putih hingga sekarang menggunakan penambahan ornamen pada setiap sisi tugu yang menginformasikan pihak-pihak yg ikut membangun renovasi Tugu ini.

Perubahan yg dilakukan sang Belanda ini bukan tanpa dasar, sebab waktu itu, tugu yg dianggap oleh masyarakat Jogja sebagai Tugu Golong Gilik adalah sebagai lambang 'Manunggaling Kawulo Gusti' yg bisa diartikan menjadi persatuan antara raja (penguasa) dengan warga  melawan penjajah Belanda. Maka, pemerintah Belanda ingin menghilangkan image perjuangan ini menggunakan merubah total bentuk Tugu.

Keunikan yang tidak kalah menariknya, Tugu jogja menjadi satu jalur tegak lurus atau biasa disebut garis imajiner/poros imajiner. Yaitu sebuah garis yang mampu kita tarik lurus serta bisa kita lihat di peta ataupun google map yang menghubungkan Gunung Merapi pada utara lalu Tugu Jogja, Krapyak, Keraton dan  berakhir di Pantai selatan ataupun kebalikannya.

Hal ini jua menjadi lambang, bahwa Keraton Jogja menjadi penyeimbang yang berada ditengah-tengah antara penguasa Merapi menggunakan penguasa laut selatan.

Mirip mindset para traveler, belum ke Jogja cita rasanya Bila belum mengambil spot foto ataupun memegang tugu ini. Datanglah di saat dini hari ataupun pagi hari saat kemudian lintas sedang lengang.

Kita mampu bebas buat berfoto ataupun mendekat di lokasi tugu. Sore hari juga mampu sebagai pilihan, sebab sunset pada Tugu Jogja pula mampu sebagai foto latif bagi penggemar fotografi.
Selamat menikmati Jogja yang spesial serta berhati nyaman ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment